Sabtu, 04 Desember 2010

Teater Pekerja Rumah Tangga “TUM”

Sinopsis
Teater Pekerja Rumah Tangga
“TUM”
Naskah/Sutradara : Wahyana Giri MC


TUMIRAH perempuan muda yang bekerja menjadi Pekerja Rumah Tangga (PRT) di rumah Nyah Kliwir benar-benar tidak bisa menahan destapa. Cerita tentang suasana kerja yang nyaman, menyenangkan dan menghasilkan duwit benar-benar tidak ditemuinya. Semuanya itu justru menjadi derita bagi kehidupannya.
Derita Tumirah di tempat kerja benar-benar kian menumpuk, setelah gaji tidak pernah diberikan, kerja yang tidak mengenal waktu, jenis pekerjaan yang tidak jelas, komunikasi dengan keluarga yang dibatasi, hari libur yang tak pernah diberikan, belakangan Tumirah dilarang berteman dengan Kliwon laki-laki pujaannya. Pendeknya selain fisik, hati nuraninya turut dibelenggu pula.

Sore itu, Tumirah benar-benar pilu hatinya, manakala Kliwon lelaki pujaannya itu tengah menyambangi rumahnya, tiba-tiba Nyah Kliwir majikan tempat dia bekerja mengusir Kliwon untuk tidak lagi menemui Tumirah. Tumirah meratap, baginya ketemu dengan Kliwon merupakan hiburan satu-satunya sebagai obat pelipur lara. Namun ternyata Nyah Kliwir tiada ampun dan toleransi lagi. Nyah Kliwir justru memberinya stumpuk pekerjaan yang membuat Tumirah kian menjadi “mesin” bagi rumah tangga Nyah Kliwir. Tumirah benar-benar terpukul hatinya. Ia meratapi nasib yang menimpanya.
Ketika Tumirah tengah merenung tiba-tiba muncul laki-laki setengah baya bernama Drs. Jayeng Saputro. Laki-laki itu menangkap duka yang menyelimuti wajah Tumirah. Kepandaiannya membaca situasi dan kondisi Tumirah menjadikan Drs. Jayeng Saputra melihat peluang untuk memperoleh uang dari perempuan yang tengah dirundung duka itu.
Drs. Jayeng Saputra menawarkan pekerjaan baru bagi Tumirah. Kala hati dan pikiran tengah bingung ditambah pengalaman dan kecerdasan yang pas-pasan membuat Tumirah terpikat dengan bujuk rayu Drs. Jayeng Saputra.
Bak terbius racun muslihat, akal sehat Tumirah lenyap. Tumirah yang tidak memiliki pendidikan yang sepadan sebagaimana syarat menjadi pegawai negeri itu akhirnya masuk dalam perangkap. Oleh Drs. Jayeng Saputra, Tumirah bakal diangkat menjadi pegawai negeri di Kantor Departemen Kerumahtanggaan Negara. Segala syarat dan kelengkapanberkasnya bisa diatur dan dipenuhi Drs. Jayeng Saputra asalnya Tumirah ikhlas menyediakan uang pelicin. Tumirah pun memutuskan untuk pulang kerumah, meminta orang tuanya menyediakan uang pelicin tersebut.
Di rumah orang tua Tumirah yang bernama Pak Solihun dan Mbok Solihun ternyata mulai khawatir dengan nasib Tumirah selama ini, karena sudah hampir 4 tahun Tumirah bekerja namun belum sekalipun bisa komunikasi dengan Tumirah.
Makanya, pulangnya Tumirah ke rumah hari itu benar-benar membuat kedua orang tua itu gembira tiada tara. Apalagi kedatangan Tumirah kerumah orang tuanya kali ini justru membawa kabar baik bahwa Tumirah bakal pindah bekerja menjadi pegawai negeri. Tentu saja, Pak Solihun dan Mboik Solihun yang sama sekali tidak pernah mengenyam pendidikan itu menjadi amat gembira.
Akhirnya Pak Solihun merelakan uang bantuan pengembangan industri kecil dari pemerintah yang rencananya bakal digunakan untuk meningkatkan usaha kerajinan topengnya. Uang itu pun diserahkan ke Drs. Jayeng Saputra agar Tumirah bisa cepat bekerja.
Dalam waktu amat sangat singkat, Tumirah mendapat surat panggilan dari Kantor Departemen Kerumahtanggaan Negara. Tumirah pun segera mendatangi kantor itu untuk mengantar sebagian berkas yang belum dilengkapinya. Tetapi betapa kagetnya Tumirah, ternyata kantor itu sama sekali tidak pernah membuka lowongan pekerjaan. Bahkan di kantor itu tidak ada pegawai yang bernama Drs. Jayeng Saputro.
Mendengar penjelasan Dra. Siti Rambejaji Direktur kantor Departemen Kerumahtanggaan Negara itu,Tumirah benar-benar menjadi shock. Apalagi ketika ia masih di kantor itu, tiba-tiba pula Kliwon menyusulnya, niatnya ingin mengantarkan berkas-berkas Tumirah yang entah kenapa tiba-tiba ada di rumahnya. Menurut Kliwon, berkas-berkas lamaran Tumirah itu ia temukan di meja bapaknya yang bernama Jayeng Saputra!###


Catatan-catatan pesan:
1. Perempuan harus cerdas agar tidak ditindas dengan akal bulus laki-laki.
2. Bekerja di sektor rumah tangga tidak ada bedanya dengan bekerja di sektor lain. Artinya, menjadi PRT adalah sebuah pilihan profesi, sebagaimana profesi seseorang menjadi dokter, sekretaris, guru, bakul sayuran dan sejenisnya.
3. Agar profesi menjadi PRT bisa dihargai perlu dilakukan bargaining dengan pengguna jasa PRT menyangkut jam kerja, jenis pekerjaan, gaji, hari libur dan cuti, tunjangan dan sebagainya yang diatur dalam lembar-lembar perjanjian kontrak kerja.
4. Tak ada mitos yang mengatakan perempuan adalah sosok terus menerus dirundung bencana, duka dan nestapa.

Tidak ada komentar: