Rabu, 30 Mei 2012

Aniaya PRT, Suami Istri Malaysia Diadili

Kuala Lumpur, Kasus penganiayaan pembantu rumah tangga (PRT) oleh majikan di Malaysia seakan tak ada habisnya. Kali ini, seorang PRT asal Kamboja dianiaya berulang kali hingga luka parah oleh pasangan suami istri yang menjadi majikannya.

Seperti dilansir oleh AFP, Rabu (30/5/2012), pria bernama Tan Mong Huwai dan istrinya, Eng Lay Sang harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di pengadilan Kuala Lumpur. Dalam persidangan, keduanya mengaku tak bersalah atas dakwaan yang dijeratkan, yakni menyebabkan PRT-nya luka parah dengan senjata berbahaya.

Diungkapkan bahwa pasangan tersebut berulang kali memukuli sang PRT, Cheah Phalla (28) dengan bermacam senjata, seperti pisau dapur, setrika, tongkat aluminium dan peralatan rumah tangga lainnya. Pemukulan tersebut dilakukan dalam jangka waktu antara Agustus 2011 hingga Mei 2012.

Atas perbuatannya tersebut, pasangan suami istri yang memiliki 2 anak ini terancam hukuman maksimal 20 tahun penjara. Tan yang berprofesi sebagai penata rambut dan Eng yang tengah mengandung, kini dibebaskan dengan jaminan. Keduanya dijadwalkan hadir dalam persidangan selanjutnya yang akan digelar 29 Juni mendatang.

Diketahui bahwa Malaysia mempekerjakan lebih dari 2 juta PRT asing yang berasal dari negara-negara tetangga seperti Indonesia, Filipina, Kamboja. Namun tak jarang kasus kekerasan terhadap para PRT tersebut marak terjadi.

Indonesia yang merupakan pemasok PRT paling besar di Malaysia, telah memberlakukan moratorium Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke negara jiran tersebut pada 2009 lalu. Namun akhirnya pengiriman TKI dilakukan kembali setelah Malaysia menjanjikan perlindungan yang lebih baik dan juga pemberian hari libur sehari per minggu bagi para TKI.

Sedangkan Kamboja juga memberlakukan pembekuan pengiriman PRT ke Malaysia sejak Oktober tahun lalu. Pembekuan dilakukan pasca para aktivis setempat menyerukan adanya kekerasan dan eksploitasi seksual atas PRT asal Kamboja di Malaysia. Tercatat ada sekitar 50 ribu PRT asal Kamboja yang mencari nafkah di Malaysia.

(nvc/ita)

sumber:
http://news.detik.com/read/2012/05/30/161618/1928612/1148/aniaya-prt-suami-istri-malaysia-diadili

Penghentian Pengiriman PRT Sulit Dilakukan

KBR68H, Jakarta - Asosiasi Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia APJATI pesismistis terhadap rencana pemerintah menghapus pengiriman Pekerja Rumah Tangga ke luar negeri pada 2017 nanti. Sekretaris Jenderal APJATI, Rusdi Basalamah menilai Pemerintah bakal kesulitan menerapkan rencana tersebut. Pasalnya kata dia, rencana itu harus pula didukung oleh peningkatan kualitas SDM di dalam negeri.

“Pemerintah harus mempersiapkan SDM, mengadakan pelatihan, sehingga mampu menghasilkan sumber daya manusia yang sanggup bekerja di luar negeri. Terutama kelemahan kita itu kan berkompetisi dari sisi bahasa. Padahal pasar kerja menuntut itu.”kata Rusdi.

Sekretaris Jenderal APJATI, Rusdi Basalamah menambahkan selain bahasa, pemerintah juga harus membangun etos kerja yang baik bagi para calon pekerja. Sehingga mampu menciptakan SDM yang berkualitas. Kemarin, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar merencanakan untuk menghapus pengiriman tenaga kerja PRT ke luar negeri. Sebagai gantinya, Indonesia dapat mengirimkan tenaga kerja di sektor jasa dan industri.

sumber:
http://kbr68h.com/berita/nasional/26205

Selasa, 29 Mei 2012

Menakertrans Targetkan Tak Ada Lagi PRT Indonesia di LN pada 2017


Jakarta Menakertrans Muhaimin Iskandar membuat gebrakan baru. Ia menargetkan tidak ada lagi penata laksana rumah tangga (PLRT) atau yang biasa disebut Pembantu Rumah Tangga (PRT) di luar negeri pada tahun 2017.

"Tahun 2017, kita menyebut road map zero penempatan tenaga bidang PLRT di luar negeri," kata Muhaimin.

Hal ini disampaikan Muhaimin usai membuka acara sosialisasi tentang penyempurnaan proses penyediaan dan penempatan TKI di luar negeri yang diselenggarakan Satgas Penanganan Kasus WNI-TKI di Luar Negeri yang terancam hukuman mati di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Selasa (29/5/2012).

Dijelaskan dia, domestik worker merupakan pekerjaan yang tidak jelas jam kerjanya. Jaminan sosialnya juga tidak terpantau.

"Kalau bisa 2017, tidak ada lagi di PLRT, tetapi di sektor jasa dan industri," ujar dia.

Menurut dia, apabila terpaksa masih ada yang di domestik worker atau PLRT maka syarat kerjanya harusseperti pekerja formal. Ada jam kerja, hari libur, asuransi kesehatan dan sebagainya.

"Alhamdulillah, Malaysia sudah menerapkan itu. Malaysia ini baru siap 106 orang yang mau berangkat," katanya.

"Semuanya walaupun sebagai PLRT, tetapi jaminannya sebagai pekerja formal. Ada hari libur, jam kerja, asuransi, bonus lalu gaji melalui perbankan," lanjut pria yang juga Ketum PKB ini.

(aan/gah)

sumber: http://news.detik.com/read/2012/05/29/121118/1927231/10/menakertrans-targetkan-tak-ada-lagi-prt-indonesia-di-ln-pada-2017?utm-source=topshare

Robot Akan Gantikan Peran PRT?

PITTSBURGH, KOMPAS.com — Pada suatu ketika di masa depan, semua pekerjaan rumah tangga seperti mempersiapkan makanan dan bersih-bersih rumah, yang selama ini untuk sebagian orang di Tanah Air diserah ke pekerja rumah tangga (PRT), boleh jadi akan ditangani robot. Orang-orang tua yang tinggal sendiri atau punya keterbatasan fisik, bisa menggunakan jasa robot-robot semacam ini. Orang-orang sibuk yang tidak punya PRT juga bisa mengandalkan robot-robot seperti ini.

Hal itu sepertinya tidak terlampau futuristik karena sejumlah programer robot di Carnegie Mellon University (CMU) di Pittsburgh, Pennsylvania, Amerika Serikat, telah menciptakannya meski masih harus dikembangkan agar benar-benar siap pakai. Proyek tersebut mendapat sokongan dari Intel Science and Technology Center.

Robot yang diberi nama HERB, singkatan dari Home Exploring Robotics Butler, itu diperlihatkan kepada puluhan wartawan dari berbagai negara, termasuk Kompas.com, di Kampus CMU, di Pittsburgh, Rabu (16/5/2012). Ketika itu, HERB yang ditempatkan di dapur mendemonstrasikan kebolehannya memasukan makanan beku ke dalam microwave, memanaskan makanan itu, lalu mengeluarkannya, kemudian menyerahkan kepada orang di sekitarnya.

Pihak Intel dan CMU menyatakan, tugas-tugas pelayanan semacam itulah yang mereka bayangkan bisa dilakukan robot-robot seperti HERB dalam kehidupan sehari-hari di masa datang.

Robot itu, yang biaya pembuatannya hampir setengah juta dollar AS, dikembangkan bersama oleh Intel dan Quality of Life Technologies di CMU di Personal Robotics Lab universitas tersebut. Laboratorium itu berfokus pada pengembangan algoritma yang memungkinkan robot seperti HERB mampu melakukan tugas-tugas yang menuntut dan rumit dalam kondisi lingkungan tempat tinggal manusia yang tidak pasti dan berantakan seperti rumah dan kantor.

HERB menggunakan enam komputer multi-core berserta sejumlah sensor guna mengerjakan berbagai pekerjaan di sekitar dapur itu. Untuk menyelesaikan tugasnya, seperti bagaimana menggunakan microwave, HERB menggunakan laser-laser yang berputar. Hal itu membantunya dalam membangun model tiga dimensi dari lingkungan sekitarnya. Robot itu juga punya sejumlah kamera untuk mengenali obyek dan dua lengan untuk melakukan aksinya. Lengan-lengannya memiliki sensor, yang memungkinkannya mengetahui lingkungan sekitar. Sensor-sensor itu membantu robot itu tahu di mana suatu benda berada.

Dengan begitu, robot tersebut dapat bekerja dengan aman di samping manusia dan melakukan navigasi di dapur atau lingkungan lain, seperti kantor, yang dirancang untuk manusia.

Walau sangat menjanjikan, robot itu masih perlu banyak sentuhan. Ketika melakukan demo tersebut, HERB cukup lama menggapai-gapai kotak makan beku di atas meja dapur untuk dimasukkan ke dalam microwave.

sumber:
http://sains.kompas.com/read/2012/05/18/04004988/Robot.Akan.Gantikan.Peran.PRT

PRT tuntut upah layak

Jakarta (ANTARA News) – Pekerja rumah tangga (PRT) yang tergabung dalam Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) mendesak pemerintah segera membuat peraturan mengenai upah layak.

"Upah memang paling sensitif sekali, kami menginginkan upah layak minimum propinsi sebesar Rp1.529.000," kata Sekertaris Jenderal KPSI Ali Mudhofir dalam diskusi tentang PRT di Jakarta, Selasa.

Ia menjelaskan, meski kerja PRT sangat berat karena harus siaga dari subuh hingga larut malam untuk melayani keperluan keluarga majikan namun selama ini upah mereka sangat minim, jauh lebih rendah dari standar upah minimal yang ditetapkan.

"Sekitar Rp600.000 per bulan bahkan banyak yang kurang dari itu. Ini tidak sebanding dengan beban kerja mereka," katanya.

Koordinator Jala PRT Lita Anggraeni mengatakan organisasinya mendesak pemerintah segera mensahkan rancangan undang-undang tentang pembantu rumah tangga untuk menjamin pengupahan layak bagi pekerja domestik.

(tri)


Editor: Maryati

sumber:
http://www.antaranews.com/berita/313073/prt-tuntut-upah-layak

3 Serikat Buruh Desak RUU PRT Disahkan

TEMPO.CO, Jakarta - Tiga serikat buruh mendesak agar Rancangan Undang-Undang Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (RUU PRT) dan ratifikasi Konvensi International Labour Organization Number 189 tentang Kerja Layak Pekerja Rumah Tangga segera disahkan Dewan Perwakilan Rakyat. Mereka adalah Konferensi Serikat Buruh Indonesia (KSBI), Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI), dan Konfederensi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI).

"Kami minta RUU PRT segera disahkan DPR dan pemerintah," kata Presiden Konferensi Serikat Buruh Indonesia, Mudhofir, dalam seminar RUU Perlindungan PRT dan Konvensi ILO Nomor 189 Kerja Layak PRT di Yayasan Tenaga Kerja Indonesia, Selasa, 29 Mei 2012.

Serikat buruh merasa tingkat kesejahteraan buruh di Indonesia masih jauh lebih rendah dibandingkan buruh biasa. Hal itu terjadi akibat tidak adanya dasar hukum yang melindungi mereka. "Nasib PRT sangat memprihatinkan," kata Sekretaris Jenderal KSPI Muhamad Rusdi.

Rusdi mengatakan setidaknya terdapat 10 juta PRT yang tidak diperhatikan nasibnya dan tidak diangkat harkat martabatnya. Ini, kata dia, disebabkan PRT masih dianggap pekerja kelas bawah yang kurang diperhatikan nasibnya.

Lebih jauh lagi, Rusdi menuturkan, PRT bekerja layaknya budak pada era modern yang harus siaga mulai subuh hingga larut malam demi melayani kebutuhan majikan dan keluarga majikannya. Sementara upah yang diterima PRT jauh dari upah minimum provinsi mana pun. Rusdi mengatakan rata-rata upah yang diterima PRT hanya berkisar Rp 600 ribu. "Akibatnya, hasil kerja mereka tidak membuat penghidupan yang layak bagi diri dan keluarganya," kata Rusdi.

Rendahnya upah ini, kata Rusdi, dikhawatirkan akan membuat generasi berikutnya dari keluarga PRT akan kembali menjadi PRT. Itu terjadi karena mereka tidak bisa memperbaiki kualitas kehidupan anaknya. Padahal, menurut dia, pekerjaan yang baik adalah pekerjaan yang dapat memberikan kehidupan lebih baik kepada anak dibandingkan orang tuanya.

RAFIKA AULIA
sumber:
http://www.tempo.co/read/news/2012/05/29/078406924/3-Serikat-Buruh-Desak-RUU-PRT-Disahkan

Sabtu, 26 Mei 2012

Putri PRT, Peringkat I Nasional UN SMK

SEMARANG, suaramerdeka.com - Mutiarani (17), sungguh tidak menyangka dengan apa yang dialaminya saat ini. Meskipun sama-sama lulus seperti teman lain sebayanya, namun ada yang membuatnya lebih berbahagia. Pasalnya, siswa kelas XII Akuntansi 1 SMK Negeri 2 Semarang ini tidak hanya sekadar menamatkan pendidikannya. Akan tetapi, nilai ujian nasional (UN)-nya juga berhasil meraih peringkat pertama untuk tingkat nasional di jenjang SMK.

Kumulatif nilai empat mata pelajaran yang diujikan saat UN pun hasilnya nyaris sempurna yakni, 29,60. Dengan masing-masing pelajaran Matematika (10), Bahasa Indonesia (9,8), dan Bahasa Inggris (9,8).

Ya, dengan prestasi tersebut tentu saja bukan hanya Muti (begitu panggilan akrabnya-red) yang bahagia, tapi orang tuanya, sekolah, kota, dan provinsi dimana dia berada juga turut bangga. Karena, nama gadis kelahiran Semarang 27 November 1994 ini telah mengharumkan nama almamater dan daerahnya.

Saat ditemui di sekolah menjelang detik-detik pengumuman kelulusan, Sabtu (26/5), Muti menuturkan, bahwa prestasi ini merupakan anugerah yang pantas disyukuri. Sebab, dirinya tidak menyangka akan menjadi yang terbaik se-Indonesia khusus untuk jenjang SMK.

"Lha wong hasil try out saya terakhir satu sekolah saja cuma rangking tiga, jadi mana mungkin bisa menjadi peringkat pertama di nasional," ungkapnya dengan didampingi Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang Bunyamin dan Kepala SMK 2 Semarang Supriyanto.

Mutiarani tinggal di Pudakpayung Setuk RT 6/RW 4 Semarang. Dia mengaku kedua kakaknya saat ini sudah bekerja di pabrik garmen dan bengkel, sementara ibunya bekerja serabutan membantu menjaga dan merawat rumah tetangga.

Berdasarkan data peringkat siswa SMK 15 besar UN se-Indonesia dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, ada tiga siswa SMK di Jateng yang menempati 10 besar, bahkan salah satunya, yakni Mutiarani menempati peringkat pertama. Peringkat kedua UN SMK secara nasional diraih siswa SMK Mitra Batik Tasikmalaya, disusul SMK Negeri 1 Katapang, Jawa Barat. Dua siswa lain dari Jateng, yakni dari SMK Negeri 1 Purwodadi Grobogan menduduki peringkat tujuh dan delapan.
( Anggun Puspita / CN33 / JBSM )

sumber:
http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2012/05/26/119495/Putri-PRT-Peringkat-I-Nasional-UN-SMK

Jumat, 25 Mei 2012

Anak PRT Asal Lamongan Peringkat II UN se Indonesia

Lamongan - Siswi SMAN 2 Lamongan, Novi Wulandari ditetapkan sebagai peraih Nilai Ujian Nasional (UN) terbaik ke-2 se Indonesia untuk Program IPA. Sementara di tingkat Jawa Timur, nilai rata-rata mencapai 58,50 adalah yang terbaik.

Novi dikenal pendiam oleh teman-temannya itu sudah menunjukkan keenceran otaknya. Di kelas 1 dan 2, dia selalau meraih rangking pertama di kelasnya. Namun prestasi rapornya sempat turun di kelas 3 menjadi rangking ke-5.

Saat ditanya penyebab turunnya prestasi di kelasnya itu, dengan berkaca-kaca, warga Perumnas Made Jalan Maderejo Gang 3 No 10 merasa terbebani dengan masa depannya setelah lulus nanti.

"Saya takut tidak bisa melanjutkan ke perguruan tinggi karena ketiadaan biaya," kata Novi kepada wartawan di sekolahnya.

Maklum saja, anak kedua dari dua bersaudara pasangan Rapi Setiawati dan Mohammad Mustakim ini berasal dari keluarga tidak mampu. Ayahnya hanya karyawan sebuah toko di Pasar Lamongan, sementara ibunya hanya bekerja sebagai pembantu rumah tangga paruh waktu.

Karena itulah, dia sempat ragu dengan masa depannya. Sementara, ibunya hanya berprofesi sebagai PRT. Meski begitu, kondisi keluarganya justru memberikan motivasi tersendiri menjelang pelaksanaan UN kemarin.

Dia berharap, jika dalam UN dia bisa berprestasi tingkat nasional, dara kelahiran 18 Oktober 1993 ini bisa mendapat secercah harapan.

"Sejak awal sebelum pelaksanaan UN, saya memang berkeinginan harus bisa berprestasi nasional, selain untuk membanggakan orang tua, saya juga mendengar akan ada bantuan untuk siswa yang berprestasi nasional," kata Novi sembari menambahkan jika saat UN ayahnya terbaring sakit.

Saat mengetahui informasi dari kepala sekolah SMAN 2, Khusnan MZ bahwa Nilai UN terbaik di Jatim dan kedua tingkat nasional, Novi langsung sujud syukur dan memeluk kedua orang tuanya.

"Saya sendiri tidak pernah punya firasat akan meraih prestasi ini," kata dia.

Novi menuturkan, tidak mengikuti bimbingan belajar dan tidak punya metode khusus dalam belajar. Bahkan dia belajar jika hanya sedang mood saja. Namun dia lebih sering belajar sekitar jam 01.00 WIB dini hari selepas Salat Malam dan baru selesai belajar menjelang Salat Shubuh.

Siswi yang berkeinginan bisa diterima di UGM mengaku menyukai mata pelajaran fisika. Sehingga dalam Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) jalur undangan, dia memilih jurusan Geofisika dan Statistika di UGM. Namun jika tak lolos jalur undangan, dia akan menempuh jalur regular di ITS jurusan Fisika.

Sementara Kepala Sekolah SMAN 2 Lamongan, Khusnan menyebutkan, selain Novi, ada 3 siswanya yang berpretasi dalam UN kali ini. Yakni Anggi Arsandi Apriliyanto dari Program IPA dengan NUN 58,45 meraih peringkat ke-7 secara nasional. Anggi di tingkat Jatim menduduki peringkat kedua setelah Novi. Sedangkan Sri Rahayu, juga dari Program IPA dengan NUN 58,20 menduduki peringkat ke 17 secara nasional.


sumber: http://surabaya.detik.com/read/2012/05/25/150100/1924804/475/anak-prt-asal-lamongan-peringkat-ii-un-se-indonesia?utm-source=topshare

Kamis, 24 Mei 2012

Cabuli PRT Indonesia, Sopir Taksi Singapura Dibui 6 Bulan

Singapura, Seorang sopir taksi di Singapura dijatuhi hukuman 6 bulan penjara oleh pengadilan. Gara-garanya, pria berusia 42 tahun ini mencabuli seorang Pembantu Rumah Tangga (PRT) asal Indonesia.

Oleh pengadilan, Chua Chee San (42) dinyatakan bersalah telah mencabuli seorang wanita yang merupakan PRT-nya yang berasal Indonesia. Tindakan ini pertama kali dilakukan di rumahnya di Sengkang, pada Oktober 2010 lalu.

Chua gemar memeluk wanita yang berusia 24 tahun tersebut dari belakang. Perilaku cabul Chua ini terjadi sekitar 2 minggu setelah PRT tersebut bekerja untuk keluarganya.

Merasa diperlakukan tak senonoh, si PRT lantas mengadu kepada majikan perempuan. Chua akhirnya ditegur dan dia pun meminta maaf. Demikian seperti dilansir oleh AsiaOne, Kamis (24/5/2012).

Tapi ternyata Chua belum kapok. Pada Januari 2011, dia kembali mengulangi perbuatan cabulnya. Ketika si PRT tengah membersihkan toilet kamarnya, Chua tiba-tiba menarik celana dan menunjukkan alat vitalnya kepada si PRT.

Si PRT kembali melapor ke majikan perempuannya dan Chua pun dimarahi habis-habisan. Merasa belum puas, sang PRT lantas mengadukan insiden tersebut ke Departemen Tenaga Kerja (Ministry of Manpower/MOM) pada September 2011. Pihak MOM kemudian melaporkan hal ini ke polisi pada Oktober 2011.

(nvc/mad)

sumber: http://news.detik.com/read/2012/05/24/060825/1923349/1148/cabuli-prt-indonesia-sopir-taksi-singapura-dibui-6-bulan

Rabu, 09 Mei 2012

Media Singapura Bela PRT Indonesia

SINGAPURA, (PRLM).- Institusi penegak hukum Singapura sangat mendukung upaya pelindungan terhadap pekerja non-formal asing. Minggu lalu, seperti dilaporkan Yahoo News, Selasa (8/5/12), pengadilan Singapura dengan tegas mendenda seorang pemberi kerja sebesar Rp37 juta karena PRT yang dipekerjakan tewas dari lantai lima sebuah apartemen di kawasan Kota Singapura.

Selain itu, pengadilan juga melarang pemberi kerja tersebut menggunakan jasa PRT. Hukuman ini dinilai aktivis buruh Singapura cukup efektif dalam memberikan efek jera terhadap para majikan yang nakal.

Selain itu, media Singapura juga cukup antusias memublikasikan soal insiden kematian para PRT asing. Bahkan, mereka juga memajang foto-foto para PRT tersebut saat bekerja membersihkan jendela di sejumlah bangunan tinggi. Ini telah membantu publikasi soal kondisi kesejahteraan dan keamanan para PRT asal Indonesia di Singapura. (A-133/A-108)***

Selasa, 08 Mei 2012

Indonesia Desak Singapura Larang PRT Bersihkan Jendela

BANJARMASINPOST.CO.ID, SINGAPURA - Delapan tenaga kerja wanita (TKW) asal Indonesia tewas akibat jatuh dari gedung tinggi di Singapura sepanjang tahun ini. Terkait hal itu Kedutaan Besar Indonesia di Singapura mendorong adanya larangan membersihkan jendela luar.

Indonesia, yang mengirim sekitar separuh dari 200.000 pembantu rumah tangga (PRT) di Singapura, meminta agen-agen tenaga kerja memasukkan klausul dalam kontrak kerja yang melarang PRT membersihan bagian luar jendela atau menggantung jemuran dari gedung-gedung apartemen yang tinggi, kata Konsuler Kedubes Indonesia Sukmo Yuwono, Selasa (8/5/2012).

Saat ini Kementerian Tenaga Kerja Singapura bekerja sama dengan pihak Indonesia untuk mengidentifikasi dan kemungkinan mem-blacklist agen-agen dan majikan yagn tidak memastikan keselamatan PRT, ungkap Yuwono.

"Sikap kami adalah melarangnya," tegas Yuwono. "Kami memperingatkan majikan agar tidak memberikan pekerjaan yang membahayakan seperti membersihkan jendela pada pembantu mereka. Ini menjengkelkan. Mereka (PRT) yang kehilangan nyawa dengan sia-sia."

Singapura tengah berada di bawah tekanan untuk memperbaiki kondisi kerja para PRT asing yang tinggal di rumah majikan masing-masing. Perlu diketahui, satu dari lima PRT tinggal dengan majikannya di kota negara berpenduduk 5,2 juta orang itu.

Pada Maret lalu, pemerintah mengeluarkan peraturan yang memberi setidaknya satu hari libur setiap minggu pada setiap. Peraturan ini mulai diterapkan tahun depan.

Pekan lalu, pengadilan menjatuhkan denda sebesar 5.000 dollar Singapura pada seorang majikan perempuan dan melarangnya mempekerjakan PRT setelah pembantunya tewas akibat jatuh lantai 5 apartemen tahun lalu saat membersihkan jendela dengan berdiri di atas kursi.

Sepanjang 2012, delapan PRT yang semuanya berasal dari Indonesia, jatuh dari jendela saat bekerja. Lima di antaranya sedang membersihkan jendela, kata Kementerian Tenaga Kerja Singapura. Tahun sebelumnya, empat PRT tewas akibat jatuh.

Media Singapura mempublikasikan foto-foto para PRT yang mempertaruhkan nyawa saat membersihkan jendela luar di gedung-gedung tinggi dengan peralatan seadanya dan tanpa perlindungan.

"Mereka tewas dengan cara menyedihkan," kata Halimah Yacob, Menteri Negara Pembangunan Komunitas, Pemuda, dan Olahraga Singapura, kepada Straits Times.

"Majikan seharusnya sering-sering mengingatkan pembantunya agar berhati-hati saat membersihkan jendela. Jika itu dilakukan, mereka bisa menyelamatkan banyak jiwa," lanjut Yacob.

Pemerintah Indonesia tengah bekerja dengan pejabat dan agen-agen di Singapura untuk meningkatkan pelatihan bagi PRT dan kesadaran para majikan tentang keselamatan PRT, ucap Yuwono.

Kedubes RI sedikitnya telah membantu pemulangan seorang PRT ke Indonesia setelah dia dipaksa majikannya memanjat tepian jendela yang sempit untuk membersihkan jendela, lanjut Yuwono.

"Dia sangat takut. Tapi setidaknya dia masih hidup. Saya harus menelepon keluarga PRT yang meninggal. Berat sekali," ungkap Yuwono.

Di Hongkong, di mana banyak PRT Indonesa bekerja, kasus-kasus seperti itu jauh lebih sedikit karena sebagian besar gedung apartemen menggunakan jasa profesional untuk membersihkan jendela. Sebaliknya di Singapura, pengelola apartemen tidak menyediakan jasa serupa.

Banyak warga Singapura yang memiliki PRT diperkirakan bakal menolak larangan memberi tugas membersihkan jendela atau menjemur pakaian, kata Theresa Low, ibu rumah tangga yang memiliki PRT asal Indonesia selama 10 tahun.

"Orang Singapura sangat memperhitungkan uangnya. Mereka menuntut PRT bekerja sangat keras. Orang Singapura tidak menghargai mereka seperti yang seharusnya. Tragis memang. Mereka (PRT) itu juga anak orang," lanjut Low.

Di lain pihak, para PRT Indonesia sangat ingin menyenangkan majikan mereka, sementara mereka juga tidak terbiasa membantah orang yang lebih tua dan mungkin tidak berani berbicara jika mendapat tugas yang berbahaya, imbuhnya.

"Kadang-kadang mereka tahu tugas itu berbahaya, toh mereka melakukannya juga karena ingin bekerja keras," ujar Kartinah Yawikarta, PRT asal Indonesia yang bekerja di Singapura selama sembilan tahun.

"Kami ke sini untuk mencari uang. Tapi saya selalu bilang pada pembantu lain, lebih pulang tanpa uang daripada mati," pungkasnya.

sumber:
http://banjarmasin.tribunnews.com/2012/05/08/indonesia-desak-singapura-larang-prt-bersihkan-jendela

Rabu, 02 Mei 2012

Setelah Jadi Menkes, Endang Sekolahkan 3 PRT-nya

Jakarta Mendiang Menteri Kesehatan (Menkes) Endang Rahayu Sedyaningsih sangat peduli akan pendidikan. Bahkan, kepeduliannya terhadap pendidikan itu ia wujudkan dengan menyekolahkan ketiga pekerja rumah tangganya.

Asep, seorang pekerja di kediaman pribadi Endang di Jl Raya Pendidikan III Blok C55, Duren Sawit, Jakarta Timur menceritakan kenangannya semasa almarhumah hidup. Asep terkenang saat Endang mendorong ia dan dua rekannya untuk melanjutkan sekolahnya lebih tinggi.

"Waktu saya masuk ke sini, ibu menawarkan saya masuk sekolah. Waktu itu ibu nawarin saya masuk sekolah formal," kata Asep yang ditemui di rumah duka, Rabu (2/5/2012).

Permintaan Endang itu kemudian diamini oleh Asep dan kedua rekannya. Namun, Asep dan teman-temannya yang harus membagi waktu antara pekerjaan dengan sekolah, lebih memilih untuk mengambil jenjang sekolah Paket C.

"Sampai sekarang kita masih bersekolah," ujarnya.

Saking pedulinya akan pendidikan ketiga pembantunya itu, Endang pernah menegur ketiganya karena tidak masuk sekolah. "Ibu pernah menegur kita karena tidak sekolah. Padahal waktu itu ibu mau berangkat kerja dan sudah berpakaian rapi, tetapi ibu lebih mementingkan tidak berangkat kerja karena melihat anak-anak (pekerja) yang disekolahnya tidak sekolah," urainya.

Asep saat itu beralasan tidak masuk sekolah karena tanggung jawabnya akan pekerjaanya. "Kita melihat tanggung jawab di sini waktu jaga rumah. Padahal bukan anak dia, tapi ibu selalu baik dan perhatian pada anak yang kerja di sini," katanya.

Endang meninggal di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo karena mengidap sakit kanker paru. Jejak penyakit yang diderita menteri Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II itu baru diketahui sejak 1,5 tahun belakangan.

(mei/nwk)